BCA, Indofood, Astra, BRI: Mana Paling Royal Bagi Dividen?

BCA, Indofood, Astra, BRI: Mana Paling Royal Bagi Dividen?

INFOGRAFIS, Performa Emiten Big Cap

Perjalanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama 20 tahun ke belakang telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, meski sempat jatuh pada saat krisis  keuangan Global pada 2008 dan pandemi Covid-19 pada 2020.

Sejarah ekonomi mencatat 2008 sebagai tahun mengerikan. Krisis subprime mortgage telah meruntuhkan perekonomian Amerika Serikat (AS). Siapa yang menyangka jika krisis ini akhirnya https://judol-terpercaya.store/ dapat membangkrutkan lembaga keuangan nomor empat terbesar di AS yang sudah berumur 158 tahun yaitu Lehman Brothers dengan kerugian ratusan miliar dollar AS.

Krisis berlanjut pada perbankan AS lainnya, Citigroup, Bank of America, AIG, JP Morgan Chase, Goldman Sachs, Morgan Stanley, Amex, Chrysler, dan General Motors juga menghadapi masalah keuangan serius sehingga harus di-bailout pemerintah AS dengan dana mencapai US$ 700 miliar.

Dampaknya, pesimisme merebak di seluruh penjuru dunia. Investor begitu khawatir berita buruk belum semuanya keluar.

Di Indonesia, imbas krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan kuartal III 2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada kuartal IV 2008. Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena anjloknya kinerja ekspor.

Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan.
Di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Secara relatif, posisi Indonesia sendiri secara umum bukanlah yang terburuk di antara negara-negara lain.

Perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1% pada 2008. Sementara kondisi fundamental dari sektor eksternal, fiskal dan industri perbankan juga cukup kuat untuk menahan terpaan krisis global. Meski demikian, dalam perjalanan waktu ke depan, dampak krisis terhadap perekonomian Indonesia akan semakin terasa.

Semakin terintegrasinya perekonomian global dan semakin dalamnya krisis menyebabkan perekonomian di seluruh negara akan mengalami perlambatan pada 2009. Tak terkecuali ekonomi Indonesia.

Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2009 akan tumbuh melemah menjadi sekitar 4,0%, dengan risiko ke bawah terutama apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari yang diperkirakan.

Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut bukan sesuatu yang buruk apabila dibandingkan dengan banyak negara-negara lain yang diperkirakan tumbuh negatif. Oleh karenanya, upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mencegah dampak krisis ini meluas lebih dalam, melalui kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor riil, menjadi penting untuk dilakukan pada 2009.

Kejatuhan IHSG juga terjadi pada  2020. setelah pandemi Covid-19 menghantam dunia.  World Health Organization (WHO) secara resmi menetapkan wabah Coronavirus Disease 19 (Covid-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020.

Wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia memaksa berbagai negara membuat kebijakan untuk mencegah atau menanggulangi wabah ini seperti pemberlakuan lockdown, pembatasan kegiatan bisnis berskala besar, hingga larangan bepergian ke luar daerah, tidak terkecuali di Indonesia.

Oleh karena itu, banyak sektor bisnis yang beralih ke online agar tetap dapat menjalankan kegiatan sesuai protokol yang berlaku. Hal ini sangat berdampak pada kondisi keuangan masyarakat secara umum, dengan kasus yang berbeda-beda, mulai dari pemotongan upah kerja hingga adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Keadaan ini memaksa mereka untuk mencari mata pencaharian yang baru demi kelangsungan hidup.

Data statistik publik yang dikeluarkan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada bulan Januari 2021 menunjukkan peningkatan jumlah investor pasar modal yang signifikan. Data pada akhir tahun 2018 hingga akhir tahun 2019 menunjukkan kenaikan jumlah investor dari 1.619.372 menjadi 2.484.354.

Peningkatan sebesar 53,41% ini masih lebih rendah dari data akhir  2019 hingga 2020. Pada akhir tahun 2020, jumlah investor sudah mencapai 3.880.753 meskipun pandemi sedang berlangsung. Hal ini menandakan bisnis di pasar modal lebih menjadi pilihan masyarakat daripada bisnis real yang sedang terpuruk saat pandemi ini karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Peningkatan jumlah investor berlanjut hingga tahun 2023. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal di Indonesia telah mencapai 11,58 juta investor per Agustus 2023. Jumlah tersebut meningkat 1,4% dari bulan sebelumnya (mtm) yang sebanyak 11,42 juta investor.

Peningkatan jumlah investor membuat investor bersemangat untuk mencari saham yang dapat memberikan imbal hasil rutin setiap tahunnya berupa dividen. Bagi sebagian investor dividen sebuah saham sangatlah penting. Dengan rutinnya sebuah perusahaan membagikan sebagian labanya berupa dividen kepada para investor, hal tersebut membuat investor yakin atas kinerja Perseroan yang konsisten dalam mencetak laba dan prospek bisnisnya ke depan yang mampu stabil bahkan berkembang.

Berikut 10 emiten yang konsisten dalam membagian dividen selama 20 tahun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*